JAKARTA – Saat ini pembangunan pertanian meningkat dengan tajam untuk
menjawab tingginya permintaan akan produk pertanian. Menghadapi hal
tersebut diperlukan suatu sistem pertanian yang berkelanjutan. Pertanian
berkelanjutan mengintegrasikan tiga hal pokok, yaitu kesehatan
lingkungan, keuntungan ekonomi dan keseimbangan sosial ekonomi. Demikian
ungkap Dr. Rusman Heriawan saat membuka International Symposium on
Applied System Analysis in Agriculture.
Berdasar berbagai hal tersebut, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian (Balitbangtan) bekerjasama dengan UKP4, Lee Kuan Yew School of
Public Policy-Asia Competitiveness Institute National University of
Singapore (LKYSPP-ACI NUS), International Institute for Applied System
Analysis dan Indonesian Committee for Applied System Analysis
menyelenggarakan International Symposium on Applied System Analysis in Agriculture, Selasa (14/10/2014) di Hotel Le Meridien.
Kegiatan yang mengambil tema ‘Rehearsing Strategic Program Related to
Cross Cutting Issues for Sustainable Agriculture’ ini dibuka oleh Wakil
Menteri Pertanian Dr. Rusman Heriawan yang dalam sambutannya mengatakan
bahwa perspektif sistem merupakan hal yang mendasar untuk memahami
mengenai pertanian berkelanjutan, sehingga sebuah program yang
komprehensif diantara pemangku kepentingan di bidang tersebut harus
diterapkan sehubungan dengan berbagai permasalahan dalam menuju
pertanian berkelanjutan.
“Selain itu juga harus ditingkatkan sistem inovasi antara lembaga
riset dengan pihak lain yaitu pemerintah, akademisi, bisnis dan
masyarakat,” tambahnya.
Wamentan berharap bahwa melalui pertemuan ini bisa diperoleh
pengetahuan dan pandangan dari paparan narasumber terkait permasalahan
yang dihadapi dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan, menginisiasi
sinergi antar sektor yang berkaitan dengan pertanian berkelanjutan serta
merancang program strategis berdasar kondisi saat ini dan keterlibatan
pemangku kepentingan untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan.
“Saya yakin dengan partisipasi semua pihak dalam simposium ini akan
dapat menghasilkan solusi yang inovatif sebagai langkah awal dari
program aksi terkait isu diatas,” tutupnya.
Simposium ini dihadiri oleh sekitar 180 orang peserta yang terdiri
dari pemerintahan, akademisi, peneliti, swasta, organisasi internasional
dan lembaga masyarakat. Hadir sebagai pembicara antara lain dari
Balitbangtan, REDD+, LKYSPP-ACI NUS, JIRCAS, CAAS, ACIAR, dan WFP.
Keseluruhan lembaga yang bertindak sebagai narasumber memberikan
pandangan akan pentingnya pembangunan pertanian berkelanjutan dan
bagaimana menerapkan hasil analisis sistem dalam perencanaan pembangunan
ke depan.
Lampiran
- Summary International Symposium: Summary-International-Symp.pdf (11,2 KB)
0 komentar:
Posting Komentar