Jumat, 17 Oktober 2014

International Symposium on Applied System Analysis in Agriculture

JAKARTA – Saat ini pembangunan pertanian meningkat dengan tajam untuk menjawab tingginya permintaan akan produk pertanian. Menghadapi hal tersebut diperlukan suatu sistem pertanian yang berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan mengintegrasikan tiga hal pokok, yaitu kesehatan lingkungan, keuntungan ekonomi dan keseimbangan sosial ekonomi. Demikian ungkap Dr. Rusman Heriawan saat membuka International Symposium on Applied System Analysis in Agriculture.
Berdasar berbagai hal tersebut, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) bekerjasama dengan UKP4, Lee Kuan Yew School of Public Policy-Asia Competitiveness Institute National University of Singapore (LKYSPP-ACI NUS), International Institute for Applied System Analysis dan Indonesian Committee for Applied System Analysis menyelenggarakan International Symposium on Applied System Analysis in Agriculture, Selasa (14/10/2014) di Hotel Le Meridien.
Kegiatan yang mengambil tema ‘Rehearsing Strategic Program Related to Cross Cutting Issues for Sustainable Agriculture’ ini dibuka oleh Wakil Menteri Pertanian Dr. Rusman Heriawan yang dalam sambutannya mengatakan bahwa perspektif sistem merupakan hal yang mendasar untuk memahami mengenai pertanian berkelanjutan, sehingga sebuah program yang komprehensif diantara pemangku kepentingan di bidang tersebut harus diterapkan sehubungan dengan berbagai permasalahan dalam menuju pertanian berkelanjutan.

“Selain itu juga harus ditingkatkan sistem inovasi antara lembaga riset dengan pihak lain yaitu pemerintah, akademisi, bisnis dan masyarakat,” tambahnya.
Wamentan berharap bahwa melalui pertemuan ini bisa diperoleh pengetahuan dan pandangan dari paparan narasumber terkait permasalahan yang dihadapi dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan, menginisiasi sinergi antar sektor yang berkaitan dengan pertanian berkelanjutan serta merancang program strategis berdasar kondisi saat ini dan keterlibatan pemangku kepentingan untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan.
“Saya yakin dengan partisipasi semua pihak dalam simposium ini akan dapat menghasilkan solusi yang inovatif sebagai langkah awal dari program aksi terkait isu diatas,” tutupnya.
Simposium ini dihadiri oleh sekitar 180 orang peserta yang terdiri dari pemerintahan, akademisi, peneliti, swasta, organisasi internasional dan lembaga masyarakat. Hadir sebagai pembicara antara lain dari Balitbangtan, REDD+, LKYSPP-ACI NUS, JIRCAS, CAAS, ACIAR, dan WFP.
Keseluruhan lembaga yang bertindak sebagai narasumber memberikan pandangan akan pentingnya pembangunan pertanian berkelanjutan dan bagaimana menerapkan hasil analisis sistem dalam perencanaan pembangunan ke depan.


Lampiran


0 komentar:

Posting Komentar